like

Kamis, 25 Mei 2017

Berita hoax

Bahaya Penyebaran Berita Hoax
Akhir-akhir ini kita sering kali membaca atau barangkali mendengar kata ‘hoax’ baik melalui media cetak maupun media elektronik. Apalagi, menjelang masa kampenye pemilu atau pilkada kata hoax kian santer terdengar bahkan, hingga menjadi tranding topic dilaman pemberitaan Indonesia. Hal ini tentu membuat kita bertanya-tanya apa arti dari kata hoax dan bagaimana sejarahnya kemuculannya.

Apa sih ‘hoax’ itu?
Seperti dilansir dari laman wikipedia, kata ‘hoax’ merujuk pada usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita itu tahu bahwa berita tersebut palsu.

Bagaimana sejarah munculnya kata ‘hoax’?
Sejarah penggunaan kata Hoax sendiri berasal dari seorang filsuf asal Inggris, Robert Nares. Menurut Nares, hoax berasal dari kata “Hocus”, yang berarti menipu. Hocus sendiri merupakan kependekan dari matra sulap yakni, “Hocus Pocus”.

Bagaimana istilah ‘hoax’ menjadi populer?
Boomingnya penggunaan kata hoax, diperkirakan sejak munculnya film Amerika yang berjudul The Hoax, pada 200

6 silam. Film yang diadaptasi dari novel karya Clifford Irving ini dianggap mengandung kebohongan, sehingga banyak orang—terutama para pengguna internet—yang menggunakan istilah hoax untuk menggambarkan suatu kebohongan. Dari situlah kata hoax jadi kian popular.


Tahukah kamu bahaya dari penyebaran berita hoax?
Di balik kepopuleran penggunaan kata hoax, berita hoax menyimpan ancaman tersendiri yang dapat merugikan individu maupun publik yang menerima berita hoax. Apalagi seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan kemudahan dalam mengakses internet maka, berita hoax pun dapat dengan mudahnya disebarnya melalui akun jejaring sosial seperti, facebook, instagram, broadcast blackberry massengger dll.

Pelaku penyebaran berita hoax sendiri kerapkali dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu untuk meraih keuntungan pribadi atau keuntungan kelompok. Yang ditujukan untuk menimbulkan kepanikan publik atau untuk meraih simpati dan keuntungan materi dengan jalan menyebarkan berita bohong, tentang seseorang yang tengah sakit kanker dan membutuhkan donasi berupa uang yang harus dikirim ke No.Rek 6754xxxx untuk biaya operasinya. Dan di Indonesia sendiri penyebaran berita hoax kerap kali dimanfaatkan oknum tertentu untuk mengalihkan publik dari isu politik, SARA, maupun isu korupsi yang menjerat salah seorang pejabat di negeri ini. Sehingga berita tentang peradilan mereka tenggelam dan tak lagi menjadi sorotan publik, yang bisa saja membuat si pejabat tersebut tak dijatuhi hukuman dengan tidak semestinya.

Bagaimana cara menanggulangi berita hoax?
Penyebaran berita hoax tidaklah mudah untuk dibendung, walaupun MENKOMINFO sudah berusaha untuk memblokir website-website yang memuat konten hoax. Untuk itu, sebagai pengguna media sosial kita juga harus turut serta dalam memerangi penyebaran berita hoax. Dan seperti dilansir dari opera.com berikut beberapa tips untuk mengenali berita hoax.

1. Periksa lagi judul berita yang provokatif
Judul berita yang menghebohkan dan kontroversial sangat memancing untuk di share. Apalagi, menjelang masa-masa pemilu dan ditambah dengan adanya sidang kasus penistaan agama yang sedang bergulir. Ini merupakan sasaran empuk bagi orang-orang tidak bertanggung-jawab untuk membuat artikel berita dengan judul yang membahayakan! Karenanya, selalu cek dulu judul, isi dan sumber artikel berita yang diterima, ya.

2. Teilti sumbernya dan cek situs web aslinya
Dengan mengecek situs web dan referensi yang menjadi sumber berita tersebut, kita dapat mengidentifikasi mana yang fakta dan mana yang hoax.

3. Berita ‘HOAX’ tidak mengutip opini dari Ahli
Biasanya, narasumber yang dikutip oleh sebuah media akan terlihat jelas dan disebutkan asal-usulnya. Jika kita menemukan artikel atau informasi yang kontroversial, cek terlebih dahulu apakah artikel tersebut sekedar memuat sebuah opini atau merupakan sebuah laporan berita yang faktual dengan pendapat ahli.

4. Berita ‘HOAX’ tidak mempunyai gambar yang berkolerasi dengan caption dan isi berita
Nah, media visual yang menunjukkan aneka gambar atau foto yang beredar memang sangat asyik untuk segera di-share. Tapi, coba perhatikan sekali lagi maksud dari foto tersebut dan korelasi yang disebutkan dalam sebuah keterangan atau caption yang tertera. Kalau memang cocok, silakan dishare. Jika dianggap palsu atau tidak nyambung, silakan dibuang jauh-jauh!

5. Laporkan berita palsu
Beberapa jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter dan aplikasi populer lainnya telah dilengkapi dengan fitur reporting untuk melaporkan konten-konten pornografi, spam maupun hoax. Apabila menjumpai konten tersebut maka, jangan segan-segan untuk melapornya.

6. Jangan asal share
Budayakan membaca keseluruhan berita sebelum jempol kita mengklik tombol ‘share’ yang dapat menjadi awal tersebarnya berita hoax. Oleh karenannya, sebagai pengguna media sosial jadilah pengguna media sosial yang cerdas, jangan langsung percaya dengan berita-berita yang mucul dalam laman media sosial kita. Tanpa disadari, terkadang justru kita sendiri turut berperan dalam penyebaran berita hoax tersebut.







Selasa, 09 Mei 2017

pendidikan dini anti korupsi


Bagaimana mendidik anak menjadi generasi anti korupsi?
Korupsi di Indonesia sudah hampir seperti budaya bangsa, bagaimana tidak dalam setiap kehidupan keseharian sudah tidak bisa dipisahkan dari aktivitas korupsi. Hal hal kecil disekitar lingkungan yang mengajarkan dan tertanam seolah olah telah menjadi budaya di Negri ini. Sudah hal biasa jika praktik praktik ada di sekitar kehidupan ini bahkan tanpa sadar kita sendiri yang menjalankan korupsi tersebut.  Berbagai contoh yang sering kita lakukan tanpa sadar adalah ketika sedang mengurus surat keterangan dari Desa / Kelurahan yang sering dilakukan adalah memberikan “uang pelicin” agar urusan atau surat yang akan diurus segera diselesaikan. Padaha sudah jelas diatur dalam UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 1 bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun dalam kenyataan masih banyak biaya biaya yang tidak memiliki peraturan tertulis  yang harus dibayarkan ketika mengurus surat dari Desa / Kelurahan. Dari situ merupakan hal yang hampir tidak mungkin dilakukan untuk benar benar menghapus korupsi dari Negri ini, karena dari lembaga paling rendah pun sudah terbiasa sadar ataupun tidak telah melakukan korupsi.
Lalu bagaimana kita dapat merubah keadaan dari budaya korupsi tersebut? Langkah pertama adalah dari hal yang terkecil, dari diri sendiri dan keluarga. Anak merupakan seorang peniru yang handal, apapun hal yang dilakukan dalam lingkungannya baik atau buruk akan ditirukan oleh anak. Anak akan menirukan kebiasaan kebiasaan yang sering dilihatnya dalam lingkungan. Disini peran kita sebagai orang tua adalah membiasakan hidup jujur terhadap anak. Dari usia dini dibiasakan untuk berperilaku jujur. Lakukan berproses dengan jujur salah satu contohnya adalah menghargai kejujuran anak walaupun prestasi atau hasil belajarnya tidak terlalu tinggi.
Banyak orang tua yang hanya melihat hasil prestasi dari anak tanpa melihat proses yang dilakukannya. Sering kita jumpai kini anak anak yang suka menyontek atau kita sendiri yang mengalaminya. Ketika ditanya kenapa dia melakukan hal tersebut maka jawabannya adalah agar nilai bagus dan tidak dimarahi orang tua ataupun guru. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil akhir dari sebuah proses yang dicari. Entah bagaimanapun cara yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang tinggi dari cara yang benar ataupun salah, karena yang dinilai dalam masyarakat ini merupakan hasil akhir bukan prosesnya.
Langkah yang bias dilakukan adalah jangan membiasakan anak untuk mengejar hasil yang tinggi dengan cara cara yang salah, biasakan berlaku jujur dalam melakukan proses apapun karena proses yang baik akan menghasilkan hasil yang baik. Kedua jangan bandingkan kemampuan satu anak dengan anak yang lainnya dalam suatu bidang, karena setiap orang mempunyai kecerdasan masing masing. Yang ketiga tetap apresiasi kejujuran dalam bentuk apapun yang telah dilakukan anak. Agar budaya kejujuran dapat melekat dalam diri anak sejak dini sehingga harapannya anak akan terbiasa hidup jujur dalam hal apapun. Pada akhirnya anak tidak melakukan korupsi karena menejar – ngejar hasil yang tinggi agar diapresiasi oleh lingkungan sosialnya.

Berita hoax

Bahaya Penyebaran Berita Hoax A khir-akhir ini kita sering kali membaca atau barangkali mendengar kata ‘hoax’ baik melalui media cetak ...