like

Selasa, 09 Mei 2017

pendidikan dini anti korupsi


Bagaimana mendidik anak menjadi generasi anti korupsi?
Korupsi di Indonesia sudah hampir seperti budaya bangsa, bagaimana tidak dalam setiap kehidupan keseharian sudah tidak bisa dipisahkan dari aktivitas korupsi. Hal hal kecil disekitar lingkungan yang mengajarkan dan tertanam seolah olah telah menjadi budaya di Negri ini. Sudah hal biasa jika praktik praktik ada di sekitar kehidupan ini bahkan tanpa sadar kita sendiri yang menjalankan korupsi tersebut.  Berbagai contoh yang sering kita lakukan tanpa sadar adalah ketika sedang mengurus surat keterangan dari Desa / Kelurahan yang sering dilakukan adalah memberikan “uang pelicin” agar urusan atau surat yang akan diurus segera diselesaikan. Padaha sudah jelas diatur dalam UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 1 bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun dalam kenyataan masih banyak biaya biaya yang tidak memiliki peraturan tertulis  yang harus dibayarkan ketika mengurus surat dari Desa / Kelurahan. Dari situ merupakan hal yang hampir tidak mungkin dilakukan untuk benar benar menghapus korupsi dari Negri ini, karena dari lembaga paling rendah pun sudah terbiasa sadar ataupun tidak telah melakukan korupsi.
Lalu bagaimana kita dapat merubah keadaan dari budaya korupsi tersebut? Langkah pertama adalah dari hal yang terkecil, dari diri sendiri dan keluarga. Anak merupakan seorang peniru yang handal, apapun hal yang dilakukan dalam lingkungannya baik atau buruk akan ditirukan oleh anak. Anak akan menirukan kebiasaan kebiasaan yang sering dilihatnya dalam lingkungan. Disini peran kita sebagai orang tua adalah membiasakan hidup jujur terhadap anak. Dari usia dini dibiasakan untuk berperilaku jujur. Lakukan berproses dengan jujur salah satu contohnya adalah menghargai kejujuran anak walaupun prestasi atau hasil belajarnya tidak terlalu tinggi.
Banyak orang tua yang hanya melihat hasil prestasi dari anak tanpa melihat proses yang dilakukannya. Sering kita jumpai kini anak anak yang suka menyontek atau kita sendiri yang mengalaminya. Ketika ditanya kenapa dia melakukan hal tersebut maka jawabannya adalah agar nilai bagus dan tidak dimarahi orang tua ataupun guru. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil akhir dari sebuah proses yang dicari. Entah bagaimanapun cara yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang tinggi dari cara yang benar ataupun salah, karena yang dinilai dalam masyarakat ini merupakan hasil akhir bukan prosesnya.
Langkah yang bias dilakukan adalah jangan membiasakan anak untuk mengejar hasil yang tinggi dengan cara cara yang salah, biasakan berlaku jujur dalam melakukan proses apapun karena proses yang baik akan menghasilkan hasil yang baik. Kedua jangan bandingkan kemampuan satu anak dengan anak yang lainnya dalam suatu bidang, karena setiap orang mempunyai kecerdasan masing masing. Yang ketiga tetap apresiasi kejujuran dalam bentuk apapun yang telah dilakukan anak. Agar budaya kejujuran dapat melekat dalam diri anak sejak dini sehingga harapannya anak akan terbiasa hidup jujur dalam hal apapun. Pada akhirnya anak tidak melakukan korupsi karena menejar – ngejar hasil yang tinggi agar diapresiasi oleh lingkungan sosialnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berita hoax

Bahaya Penyebaran Berita Hoax A khir-akhir ini kita sering kali membaca atau barangkali mendengar kata ‘hoax’ baik melalui media cetak ...